Newest Post
Archive for 2013
TIME VALUE OF MONEY Vs ECONOMICS VALUE OF TIME
Islam tidak mengenal konsep Time Value of Money,
namun Islam mengenal konsep Economic Value of Time yang berarti bahwa yang bernilai adalah waktu
itu sendiri. Islam memperbolehkan penetapan harga tangguh bayar lebih tinggi
dari pada harga tunai. Karena penetapan harga tangguh yang lebih tinggi itu sama sekali bukan
disebabkan Time Value of Money, namun karena semata-mata ditahannya hak si
penjual barang.
Dalam ajaran Islam, perilaku
individu dan masyarakat diarahkan ke arah bagaimana cara pemenuhan kebutuhan
mereka dilaksanakan dan bagaimana menggunakan sumber daya yang ada. Hal ini
menjadi subyek yang dipelajari dalam Ekonomi Islam sehingga implikasi ekonomi
yang dapat ditarik dari ajaran Islam berbeda dengan ekonomi konvensional.
Jadi, dalam ekonomi islam tidak membolehkan konsep Time Value of Money karena konsep itu merupakan dasar dari teori keuangan konvensional sedangkan yang diperbolehkan adalah konsep Time Value of Money.
MAKALAH
EKONOMI MIKRO
“
TEORI PRILAKU KONSUMEN PENDEKATAN KARDINAL DAN ORDINAL ’’
Disususn Untuk Memenuhi Tugas
Kelompok
Dosen
Pengampu : Imahda Khoiri Furqon, M.IE
Kelompok2
:
1.
Annisa Rahmawati
2.
Doni Darmawan
3.
Elisa Prima Yunita
4.
Leli Arista
5.
Nu Ariza Pratiwi
6.
Silvi Rizky Fauzi
JURUSAN SYARIAH ( PBS )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN JURAI SIWO METRO LAMPUNG
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” TEORI
PRILAKU KONSUMEN PENDEKATAN KARDINAL DAN ORDINAL”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yangmembangun demi perbaikan di masa depan.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yangmembangun demi perbaikan di masa depan.
Metro, 20 September 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Teori konsumen mengenai dua
macam pendekatan, yaitu pendekatan guna kardinal atau cardinal utility approach dan pendekatan guna ordinal atau ordinal utility approach. Pendekatan guna kardinal menggunakan asumsi bahwa guna atau kepuasan seseorang tidak hanya dapat
dibandingkn, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh
karena menurut kenyataan kepuasan seseorng tidak dapat diukur, maka asumsi tersebut dengan sendirinya dapat dikaitkan tidak realistik. Inilah
yang biasanya ditonjolkan sebagai kelemahan dari pada teori konsumen yang menggunakan pendekatan guna kardinal, yang terkenal pula dengan
sebuah teori konsumen dengan pendekatan guna marginal klasik atau classical marginal utility approach.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apakah Konsep Teori Perilaku Konsemuen?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
prilaku konsumen?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan
konsumen kardinal?
4. Apa yang dimaksud dengan pendekatan
konsumen ordinal?
C.
TUJUAN
1. Menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca
dan pengkaji tentang konsep “Teori
Perilaku Konsumen”.
2. Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen.
3. Menambah pengetahuan tentang pendekatan
konsumen kardinal dan ordinal.
D. SUMBER
DATA
Sumber data yang digunakan dalam membuat makalah ini
berasal dari buku dan internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Prilaku Konsumen
Perilaku
konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari,menukar,
menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap untuk memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya
adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas,
seperti : uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan
demi kepuasan mereka.
Perilaku
permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat
kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus).
Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan
bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai
barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang
diharapkannya.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Konsumen
Untuk
memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi. Hasilnya
berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap perilaku
konsumen: psikologis, pribadi, sosial, dan budaya (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366)
a.
Pengaruh psikologis mencakup motivasi,
presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.
b.
Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup,
kepribadian, dan status ekonomi.
c.
Pengaruh sosial mencakup keluarga,
pendapat pemimpin (orang yang pendapatnya diterima oleh orang lain), dan
kelompok referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan rekan seprofesi.
d.
Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara
hidup” yang membedakan satu kelompok besar dengan kelompok lainya), subkultur
(kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis yang memilliki nilai-nilai
bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat budaya
menurut kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan.
Walaupun seluruh faktor
itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk faktor-faktor itu terhadap
pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat
lemah atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen, misalnya, memperlihatkan
loyalitas terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara
rutin membeli produk-produk karena mereka puas atas kinerja merek produk itu.
C. Pendekatan Konsumen Kardinal
Pendekatan konsumen Kardinal adalah daya guna dapat
diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya
guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung
anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin
diminati.
Pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat
subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya
suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan penilaian
tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang lain.
Pendekatan
ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran
subyektif dari Austria seperti: Karl Menger,
Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon
Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang
atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek
yang menilai.
Dalam
pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal,
Gossen, yaitu
hukum Gossen.
Ø Hukum
Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka
kepuasanya akan semakin menurun.
Ø Hukum
Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhanya sampai
mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio
antara marginal utility dengan harga dari barang yang satu dengan
rasio marginal utility dengan harga
barang yang lain.
Hipotesis utama teori niali guna atau
lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal yang semakin menurun,
menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari
mengkonsumsikan satu barang akan menjadi
semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada
barang tersebut.
Dalam pendekatan ini,
konsumen dianggap mengonsumsi kombinasi barang untuk mendapatkan kepuasan yang
maksimal dan tambahan kepuasan yang diperoleh dari tambahan konsumsi suatu
barang secara terus menerus akan semakin berkurang.
Asumsi dasar:
a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan
ukur.
b. Semakin banyak barang dikonsumsi maka semakin
besar kepuasan.
c. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal
Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan
yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula
kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan
kepuasan akan semakin turun). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping
MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum
Gossen.
Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa
dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika
konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal,
sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau
membayar dengan harga murah. Pendekatan
D. Pendekatan Konsumen Ordinal
Pendekatan
konsumen Ordinal adalah pendekatan yang daya guna suatu barangtidak perlu
diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi
rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam
teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen
adalah:
· Konsumen
rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang
dimilikinya
· Kepuasan
konsumen dapat diurutkan, ordering
·
Konsumen lebih menyukai yang lebih
banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang
dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.
Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada anggapan yang
digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur
dari satu kepuasan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perilaku permintaan
konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang
lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini
didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang
dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa
sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Menurut pendekatan kardinal kepuasan
seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan (misalnya:uang). Sedangkan menurut pendekatan
Ordinal daya guna suatu barang tidak
perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang
diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang.
.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Suprayitno. 2008. “Ekonomi Mikro Perspektif
Islam”. Malang: UIN-MALANG
PRESS
Lukman. 2007. “Pengantar Teori
Mikro Ekonomi”. Jakarta: UIN Jakarta Press
http://senjayakertiawan.wordpress.com/2012/12/05/perilaku-konsumen-pendekatan-ordinal-dan-kardinal/
16september 2013
http://iwakbakar.wordpress.com/2012/03/29/pendekatan-perilaku-konsumen/
18 september2013
TEORI PRILAKU KONSUMEN PENDEKATAN KARDINAL DAN ORDINAL
Selasa, 01 Oktober 2013
Posted by Leli_Twiinly