Newest Post

Archive for 2013

TIME VALUE OF MONEY Vs ECONOMICS VALUE OF TIME


Islam  tidak mengenal konsep Time Value of Money, namun Islam mengenal konsep Economic Value of Time yang berarti bahwa yang bernilai adalah waktu itu sendiri. Islam memperbolehkan penetapan harga tangguh bayar lebih tinggi dari pada harga tunai. Karena penetapan harga tangguh yang lebih tinggi itu sama sekali bukan disebabkan Time Value of Money, namun karena semata-mata ditahannya hak si penjual barang.

Dalam ajaran Islam, perilaku individu dan masyarakat diarahkan ke arah bagaimana cara pemenuhan kebutuhan mereka dilaksanakan dan bagaimana menggunakan sumber daya yang ada. Hal ini menjadi subyek yang dipelajari dalam Ekonomi Islam sehingga implikasi ekonomi yang dapat ditarik dari ajaran Islam berbeda dengan ekonomi konvensional.

Jadi, dalam ekonomi islam tidak membolehkan konsep Time Value of Money karena konsep itu merupakan dasar dari teori keuangan konvensional sedangkan yang diperbolehkan adalah konsep Time Value of Money.
Jumat, 18 Oktober 2013
Posted by Leli_Twiinly
MAKALAH EKONOMI MIKRO
“ TEORI PRILAKU KONSUMEN PENDEKATAN KARDINAL DAN ORDINAL ’’
 Disususn Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Dosen Pengampu : Imahda Khoiri Furqon, M.IE



Kelompok2 :
1. Annisa Rahmawati
2. Doni Darmawan
3. Elisa Prima Yunita
4. Leli Arista
5. Nu Ariza Pratiwi
6. Silvi Rizky Fauzi

JURUSAN SYARIAH ( PBS )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN JURAI SIWO METRO LAMPUNG
2013





KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” TEORI PRILAKU KONSUMEN PENDEKATAN KARDINAL DAN ORDINAL”.
      Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari  apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan  usulan  demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna.
      Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah  yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yangmembangun demi perbaikan di masa depan.


Metro, 20 September 2013


Penyusun











BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Teori konsumen mengenai dua macam pendekatan, yaitu pendekatan guna kardinal atau cardinal utility approach  dan pendekatan guna ordinal  atau ordinal utility approach. Pendekatan guna kardinal menggunakan  asumsi bahwa guna atau  kepuasan seseorang tidak hanya dapat dibandingkn, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh karena menurut kenyataan  kepuasan seseorng tidak dapat diukur, maka asumsi tersebut dengan  sendirinya dapat dikaitkan tidak realistik. Inilah yang biasanya ditonjolkan sebagai kelemahan dari pada teori konsumen  yang menggunakan pendekatan guna kardinal, yang terkenal pula dengan sebuah teori konsumen dengan pendekatan guna marginal klasik atau classical marginal utility approach.

B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.    Apakah Konsep Teori Perilaku Konsemuen?
2.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen?
3.    Apa yang dimaksud dengan pendekatan konsumen kardinal?
4.    Apa yang dimaksud dengan pendekatan konsumen ordinal?

C.      TUJUAN
1.  Menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca dan pengkaji tentang konsep “Teori Perilaku Konsumen”.
2.  Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
3.  Menambah pengetahuan tentang pendekatan konsumen kardinal dan ordinal.
D.   SUMBER DATA
     Sumber data yang digunakan dalam membuat makalah ini berasal dari buku dan internet.















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Teori Prilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari,menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap untuk memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas, seperti : uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan demi kepuasan mereka.
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

B.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Untuk memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi. Hasilnya berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap perilaku konsumen: psikologis, pribadi, sosial, dan budaya (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366)
a.         Pengaruh psikologis mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.
b.        Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.
c.         Pengaruh sosial mencakup keluarga, pendapat pemimpin (orang yang pendapatnya diterima oleh orang lain), dan kelompok referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan rekan seprofesi.
d.        Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara hidup” yang membedakan satu kelompok besar dengan kelompok lainya), subkultur (kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis yang memilliki nilai-nilai bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat budaya menurut kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan.
Walaupun seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk faktor-faktor itu terhadap pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat  lemah atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen, misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk karena mereka puas atas kinerja merek produk itu.

C.   Pendekatan Konsumen Kardinal
Pendekatan konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati.
Pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang lain.
Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek yang menilai.
Dalam pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal, Gossen, yaitu hukum Gossen.
Ø  Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka kepuasanya akan semakin menurun.
Ø  Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio antara marginal utility  dengan harga dari barang yang satu dengan rasio marginal utility dengan harga barang yang lain.
Hipotesis utama teori niali guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan satu barang  akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada barang tersebut.
Dalam pendekatan ini, konsumen dianggap mengonsumsi kombinasi barang untuk mendapatkan kepuasan yang maksimal dan tambahan kepuasan yang diperoleh dari tambahan konsumsi suatu barang secara terus menerus akan semakin berkurang.
Asumsi dasar:
a.    Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
b.    Semakin banyak barang dikonsumsi maka semakin besar kepuasan.
c.    Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah. Pendekatan

D.   Pendekatan Konsumen Ordinal
                 Pendekatan konsumen Ordinal adalah pendekatan yang daya guna suatu barangtidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah:
·      Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya
·      Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering
·      Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya. Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dari satu kepuasan.





BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
     Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Menurut pendekatan kardinal kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan (misalnya:uang). Sedangkan menurut pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang.


.







DAFTAR PUSTAKA

Eko Suprayitno. 2008. “Ekonomi Mikro Perspektif Islam”. Malang: UIN-MALANG PRESS
Lukman. 2007. “Pengantar Teori Mikro Ekonomi”. Jakarta: UIN Jakarta Press
http://senjayakertiawan.wordpress.com/2012/12/05/perilaku-konsumen-pendekatan-ordinal-dan-kardinal/ 16september 2013
http://iwakbakar.wordpress.com/2012/03/29/pendekatan-perilaku-konsumen/ 18 september2013




TEORI PRILAKU KONSUMEN PENDEKATAN KARDINAL DAN ORDINAL

Selasa, 01 Oktober 2013
Posted by Leli_Twiinly

// Copyright © Twiinly //Anime-Note//Powered by Blogger // Designed by Johanes Djogan //